Pedagang Pernak-Pernik 17 Agustus di Pasar Mester Sepi, Omzet Turun Tajam

Pedagang Pernak-Pernik 17 Agustus di Pasar Mester Sepi, Omzet Turun Tajam

JAKARTA – Mendekati perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-80, suasana pasar tradisional Pasar Mester, Jatinegara, Jakarta Timur, rans4d tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Pedagang pernak-pernik khas 17 Agustus di kawasan ini mengeluhkan penurunan omzet yang sangat tajam akibat sepinya pembeli.

Biasanya, awal Agustus menjadi masa panen bagi para penjual bendera merah putih, umbul-umbul, poster pahlawan, hingga aksesoris dekorasi merah putih. Namun tahun ini, harapan itu berubah menjadi kekecewaan. “Sudah tanggal 4 Agustus, tapi pembeli belum seramai biasanya. Padahal tahun lalu mulai ramai dari akhir Juli,” ujar Rina (45), pedagang bendera di Pasar Mester sejak 2010.

Sepi Pembeli, Stok Menumpuk

Pemandangan lapak penuh hiasan kemerdekaan tak lagi menarik banyak perhatian warga. Beberapa pedagang bahkan terlihat duduk termenung menunggu pembeli yang tak kunjung datang. “Biasanya saya bisa dapat omzet Rp5-7 juta per hari saat puncak. Sekarang dapat Rp500 ribu saja susah,” keluh Slamet (52), pedagang lainnya.

Para pedagang menduga beberapa faktor menjadi penyebab sepinya pembeli. Selain cuaca yang tidak menentu, daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya pasca pandemi dan tekanan ekonomi menjadi alasan utama.

“Orang-orang sekarang lebih fokus pada kebutuhan pokok. Bendera dan dekorasi hanya prioritas kesekian. Bahkan ada RT yang dulu langganan beli 100-an bendera, sekarang cuma pesan 30,” tambahnya.

Meningkatnya Persaingan Online

Kondisi ini juga diperparah dengan meningkatnya persaingan dari penjual daring. Banyak warga yang kini lebih memilih membeli pernak-pernik HUT RI lewat e-commerce karena dianggap lebih praktis dan sering menawarkan harga miring.

“Sekarang saingannya bukan cuma pasar lain, tapi juga online shop. Mereka bisa jual murah karena mungkin produksi sendiri atau tidak bayar sewa tempat,” kata Rina.

Padahal, para pedagang Pasar Mester ini sebagian besar adalah pedagang kecil yang menggantungkan hidup dari momen-momen musiman seperti ini. Ketika omzet tak sesuai harapan, beban ekonomi pun semakin berat.

Harapan untuk Pemerintah dan Warga

Meski tertekan dengan kondisi saat ini, para pedagang tetap berharap masih ada lonjakan pembeli mendekati 17 Agustus. Mereka juga berharap ada perhatian dari pemerintah, baik berupa promosi pasar tradisional maupun insentif untuk para pedagang kecil.

“Kami tidak butuh bantuan besar, cukup diberikan ruang promosi dan diberi kesempatan bersaing dengan sehat. Kalau bisa juga ada acara di pasar agar ramai,” kata Slamet penuh harap.

Selain itu, mereka mengajak masyarakat untuk turut serta menjaga tradisi semangat kemerdekaan dengan menghias rumah dan lingkungan. “Kalau bukan kita yang meriahkan Agustusan, siapa lagi? Ini bukan cuma soal jualan, tapi soal semangat kebangsaan,” ujar Rina.

Sepinya pembeli pernak-pernik 17 Agustus di Pasar Mester menjadi gambaran nyata bahwa semangat perayaan kemerdekaan kini mulai tergeser oleh prioritas ekonomi. Para pedagang hanya bisa berharap lonjakan pembeli akan datang dalam waktu dekat agar mereka tetap bisa bertahan. Pasar tradisional seperti Mester bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga bagian dari denyut semangat nasionalisme rakyat kecil yang perlu dijaga bersama.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *